Aku Tak Sengaja, Memerawani Kakak Kandungku Sendiri

Selamat Datang Di Blog

" AZG27 DREAMS "

" Selamat Membaca Dan Berimajinasi "

Perkenalkan namaku Toni, umurku sekarang 27 tahun. Kini aku bekerja pada sebuah perusahaan di salah satu kota di negara Amerika bagian New Hampshire.

Aku akan menceritakan tentang kenikmatan apa yang aku alami dan kujalani sampai saat ini dengan kakak kandungku sendiri.

Saat ini aku tinggal bersama kakak perempuanku namanya Risa, aku biasa memanggilkan Kak Risa. Sekarang usianya sudah 31 tahun, dia 4 tahun lebih tua dariku.

Kehidupan kami berdua saat ini begitu tenang dan sangat tertutup, namun kami berdua sangat bahagia.

Aku akan memulai dari awal bagaimana semuanya terjadi, percaya atau tidak bahwa apa yang aku alami ini tidak mengalami hambatan atau rintangan sama sekali, hal ini yang membuatku heran bila memikirkannya.

Awalnya cerita ini pada 15 tahun yang lalu saat aku masih berumur 12 tahun.

Kami besar dari keluarga berada, keseluruhan saudaraku ada 5 orang. Nomor satu dan dua laki-laki sedangkan yang ketiga perempuan, Kak Risa nomor empat dan aku paling akhir.

Jangan Lupa Download Aplikasi
AZG27 DREAMS

-------------------------

Dari 4shared • Download Disini •

Dari AppsGeyser • Download Disini •

Dari Mediafire • Download Disini •

Sebenarnya aku lahir di Indonesia. Hanya saja, Papaku adalah asli pria berkebangsaan Amerika, sedangkan Mamaku asli orang Indonesia.

Waktu aku berumur 12 tahun, kami masih tinggal di Indonesia. Tapi Papaku tidak disini, karena dia memang tidak bekerja di Indonesia. Setahuku, dulu Mamaku juga sibuk bekerja. Dia pun tidak terlalu khawatir, karena kedua kakakku yang lain sudah cukup dewasa dan dianggap bisa menjaga kami.

Maklum, karena kedua orang tuaku memang berencana mengurus kepindahan kami semua ke Amerika.

Sebenarnya kami semua saling menyayangi satu sama lain. Jarang sekali kulihat ada pertengkaran di antara kakak-kakakku. Tapi sejak kecil aku memang sudah dekat sekali dengan Kak Risa. Karena dialah kakak yang selalu menemaniku saat aku bermain.

Selain itu jarak umur antara aku dan kakakku yang nomor tiga sangat jauh sekitar 8 tahun. Kak Risa memang sangat sayang padaku, hampir tiap kali aku selalu dapat bermanja-manja dengannya.

Hal itulah yang membuatku sangat terkesan sekali dengan Kak Risa, bahkan kuingat waktu itu aku sudah mulai ada ketertarikan dengan kakakku.

Pada awalnya aku hanya berandai-andai saja.

Sebab, saat itu aku yakin sekali bahwa tidak mungkin aku menjalin hubungan yang lebih dengan kakakku, karena Kak Risa cuma menganggap aku sebagai adiknya saja.

Meskipun sebagai adik, aku selalu mendapat perlakuan istimewa darinya. Dari kecil aku dan Kak Risa memang tidak pernah berpisah, kamar kami pun jadi satu.

Sebenarnya saat aku berusia 9 tahun, aku sudah minta kamar sendiri, tapi Kak Risa tidak setuju. Alasannya sederhana, dia tidak mau pisah kamar denganku.

Masa itu sebenarnya adalah masa di mana aku agak enggan berbagi, inginnya memodifikasi kamar sendiri tanpa ada yang mencampuri.

Tapi itu tidak jadi masalah, lagipula aku dulu penakut. Dan aku sudah terbiasa tidur dalam pelukan kakakku.

Mungkin waktu kecil dulu, aku tergolong anak yang bandel. Kalau Mama lagi tidak ada, orang rumah pasti kubuat repot dengan ulahku. Kak Risa pun juga sering kujahili.

Biasanya kalau tidur malam, Kak Risa hanya menggunakan celana dalam aja. Aku tidak mengerti kenapa, padahal kamar kami menggunakan AC.

Seringnya aku iseng memainkan dan menghisap puting susunya. Kak Risa mengetahui hal itu, tapi dia tidak pernah marah atau menegurku, paling dia cuma bilang...

“Kalo kamu mau kaya gini, kenapa nggak minta sama Mama aja sih...?”


Lucunya hal itu malah jadi kebiasaanku. Dan karena tidak ada yang tahu, kejadian seperti itu berlangsung terus sampai usiaku beranjak 12 tahun.

Tapi makin besar aku mulai merasa tidak enak sendiri, meski kebiasaanku itu tidak jadi masalah buat Kak Risa.

Kak Risa itu orangnya tomboy sekali.

Saat dia berumur 16 tahun, dia ikut latihan bela diri. Aku tadinya tidak tertarik, tapi Kak Risa juga minta aku untuk ikut bela diri. Bisa dibayangkan seperti apa jadinya, gaya berjalan Kak Risa jadi aneh, dan tidak feminin.

Kalau tidak tertutup dengan wajahnya yang cantik dan bodinya yang bagus, cowok pasti malas mendekati Kak Risa. Apalagi ditambah sifat Kak Risa yang tertutup, dan cenderung idealis.

Selain itu kelihatannya Kak Risa juga tidak terlalu tertarik membina hubungan dengan lawan jenis. Terutama setelah ikut bela diri.

Tapi biar begitu, aku tahu kalau banyak cowok cakep yang suka sama dia, dan Kak Risa hanya datar saja menanggapinya. Soalnya aku sering terima telepon dari beberapa cowok untuk Kak Risa. Dan sering sekali dia tidak mau terima teleponnya. Bisa dibilang Kak Risa sangat “Untouchable”.

Saat umurku hampir 13 tahun, awal mulai masuk SMP, aku suka dengan seorang gadis teman sekelasku namanya Intan. Aku sangat suka padanya, tapi aku tidak berhasil mendekatinya, intinya aku kalah bersaing dengan teman lelaki ku.

Saat itu perasaanku benar-benar tidak enak.

Aku berusaha menghibur diri dengan sering pergi ke rumah sahabat-sahabatku, dan disanalah aku mulai mengenal buku-buku dan film khusus dewasa yaitu buku dan film porno.

Di usiaku yang sekecil itu, aku sudah memiliki majalah luar negeri khusus dewasa dan juga filmnya. Tidak sulit untuk mendapatkannya, karena nyaris seluruh sahabatku bukan orang Indonesia.

Dan mereka sangat bebas mendapatkan barang seperti itu pada masa-masa tersebut.

Kak Risa tahu bahwa aku memiliki barang-barang itu, memang itu susahnya kalau satu kamar. Jujur saja, Kak Risa tidak suka aku memilikinya hingga aku sempat dimarahi juga olehnya.

Dia memintaku untuk membuang barang-barang itu. Apa boleh buat, bagiku lebih baik benda-benda itu yang aku singkirkan dari pada aku kehilangan kasih sayang dari Kak Risa.

Meski Kak Risa sudah punya banyak kesibukan dengan studi dan kegiatan sekolahnya, perhatiannya kepadaku tetap tidak berubah, dan dia malah cenderung semakin berlebihan.

Kak Risa semakin sering memaksaku untuk menemaninya saat ia sedang melakukan kegiatannya atau pergi kemanapun. Dia juga makin sering mencium dan memelukku dengan mesra, bahkan di depan umum sekalipun.

Mulanya aku merasa tidak nyaman dengan perlakuannya itu, tapi lama kelamaan aku merasa nyaman juga. Perasaanku suka ku pada Kak Risa muncul kembali, kalau dulu ciumannya kutanggapi biasa saja, sekarang aku lebih senang membalasnya dengan mesra.

Aku pun mulai suka memberikan perhatian lebih pada kakakku itu, mungkin karena merasa perhatiannya mendapat respon lebih dariku. Kak Risa jadi makin sayang padaku.

Setengahnya kami jadi mirip orang yang sedang berpacaran, meskipun secara fisik tetap kelihatan kalau aku adiknya.

Aku ingat malam itu, saat aku pertama kali melakukan hubungan seks dengan kakakku, seperti biasa aku bercanda dengan Kak Risa di dalam kamar. Saat itu semua orang rumah sudah tidur, kesempatan itu biasanya sering kugunakan untuk mencurahkan isi hati pada kakakku.

Semua permasalahan yang kudapat hari itu selalu kutumpahkan padanya, dan Kak Risa selalu merespon itu semua dengan sabar dan penuh pengertian. Dan memang kuakui, beberapa waktu terakhir Kak Risa cenderung over padaku.

Artikel Terkait

° Persetubuhan Nikmat Dengan Teman Kerjaku
° Nikmatnya Memerawani Perempuan Yang Masih SD
° Perawanku Direnggut Oleh Adik Kandungku Sendiri
° Aku Nikmati Tubuh Montok Cewek Yang Sedang Mabuk

Kata-kata dan sikapnya sangat mesra padaku, apalagi kalau kami hanya berdua saja seperti itu, perlakuannya itu sering membuat jantungku berdebar. Aku sadar sepenuhnya bahwa dia itu kakakku, tapi aku tidak mengerti kenapa hatiku bisa bergejolak tidak karuan.

Kalau tidak salah waktu itu Kak Risa mengenakan kaos dan celana dalam warna putih, rambutnya dibiarkan terurai. Beda dengan kesehariannya, kakakku saat itu terlihat sangat feminin dan cantik sekali.

Aku ingat sesekali Kak Risa meraih kepalaku dan menciumiku.

Aku tidak berpikir macam-macam, hanya memang aku sangat menikmati perlakuan Kak Risa padaku. Sampai suatu kali Kak Risa mencium bibirku, dan kubalas ciumannya dengan ciuman mesra.

Aku mencoba berlama-lama meski tidak yakin berhasil, tapi karena aku menikmatinya, akhirnya berhasil juga.

Kulumat bibir kakakku itu dengan lembut. Kak Risa kelihatannya juga suka dengan ciumanku. Sebab dia sama sekali tidak berusaha menyudahi ciuman itu, bahkan kedua tangannya semakin memeluk erat tubuhku.

Aku bisa merasakan belaian kasihnya di kepalaku, tapi sayangnya ciuman itu terhenti. Kak Risa menghela nafas sambil memandangku aneh.

“Kakak kucium lagi ya...” mendengar itu Kak Risa masih diam.

Mungkin dia masih heran dengan perlakuanku kepadanya, memang tidak biasanya aku membalas ciumannya sampai selama itu.

Tapi tatapannya kemudian berubah mesra, lalu dia tersenyum dan justru menciumku lagi. Kali ini ciumannya mulai agresif, dan aku meladeni ciumannya juga dengan penuh agresif. Bibir kami seolah tidak berhenti untuk saling melumat, diiringi desahan-desahan erotis dari Kak Risa.

"Hhmmm... Aaahhhh...."

Detak jantungku menjadi semakin cepat, kucoba mendorong Kak Risa agar merapat ke dinding. Kemudian kuciumi jenjang leher kakakku, tanganku yang dari tadi pasif sekarang mulai mencoba melakukan eksplorasi kesana kemari.

Sementara bibirku masih berkonsentrasi pada leher Kak Risa, tanganku telah menyusup ke dalam kaos putihnya. Dan tanpa kesulitan aku langsung dapat menemukan buah dada Kak Risa yang tidak tertutup oleh Bra sama sekali.

Menurutku untuk ukuran gadis yang hampir 17 tahun, buah dada Kak Risa tergolong cukup besar. Tentu saja aku sudah sering melihatnya, karena sampai saat itu kami masih sering mandi bersama.

Aku mencoba meremasnya dengan lembut, Kak Risa tampak menggeliat dan sesekali mendesah.

"Aaaaaahhhhhhh......."

Perlahan kunaikan kaosnya itu supaya tidak menghalangi buah dada Kak Risa, dengan begitu buah dadanya kini terlihat olehku. Tanpa basa-basi langsung saja kuhisap putingnya yang berwarna merah muda itu dan kuremas dengan bibirku.

Aku benar-benar menikmatinya, dan aku merasa seperti bayi yang sedang menyusu.

Sesaat kutanggalkan kaosku, juga celana pendekku. Kemudian kupeluk tubuh Kak Risa dan makin kuat kuhisap puting susunya, sesekali kumainkan putingnya dengan lidahku, kemudian kuhisap lagi.

Karena terlalu enjoy, aku tidak tahu bahwa ternyata Kak Risa telah menanggalkan kaos putihnya. Sehingga saat dia memelukku erat, tubuhku benar-benar bersentuhan dengan tubuhnya.

Dan bisa kurasakan tubuh kakakku yang harum dan sangat halus itu.

Lama sekali aku menikmati buah dada kakakku itu secara bergantian kiri dan kanan, Kak Risa pun seolah tidak mau melepaskanku. Malah dia justru menekan kepalaku kuat-kuat pada buah dadanya.

Tubuh kami sudah basah semua oleh keringat.

Sampai detik itu, aku masih ragu untuk melakukan seks dengan kakakku. Memang awalnya semua ini kupelajari dari semua majalah dan film yang telah kulihat, tapi lama kelamaan naluriku mulai berinisiatif.

Karena masih ragu, aku coba untuk menciumi bibir kakakku lagi. Sama seperti sebelumnya, Kak Risa membalas ciuman ku dengan sangat mesra.


Dengan memberanikan diri, aku membisikan sesuatu ke telinga Kak Risa.

“Kak, boleh aku lepas celana dalammu...?”.

Kak Risa agak terkejut.

“Kamu mau apa dek...?”

Aduh aku jawab gimana ya.

“Aku mau jilatin vagina kakak...”

Karena ragu, kata-kata itu keluar dengan asal dan pelan sekali dari mulutku. Kupikir pasti kakak akan marah dan dia tidak bakalan mau.

“Ih, nakal kamu dek...” jawabnya Kak Risa spontan.

Kak Risa kemudian memandangiku sambil tersenyum, wajahnya agak memerah. Masih dengan posisi bersandar, Kak Risa melepas celana dalamnya perlahan-lahan. Gerakan melepas celana dalamnya itu secara Slow Motion, dan itu membuat jantungku semakin berdetak tidak menentu.

Sebenarnya aku setengah heran, kenapa Kak Risa sama sekali tidak marah ketika aku memintanya melakukan hal itu.

"Tapi sudahlah, lebih baik kunikmati saja...." pikirku.

Kemudian Kak Risa melebarkan pahanya.

Awalnya aku malu untuk melihat ke arah memeknya Kak Risa.

Untuk menutupi kemaluan ku itu, kuciumi lagi bibir Kak Risa. Kemudian perlahan-lahan kuturunkan kepalaku sampai tepat di depan memek Kak Risa. Ternyata, memek Kak Risa nyaris tidak ditumbuhi oleh bulu-bulu.

Jadi aku mampu memandang dengan leluasa gundukan vagina Kak Risa, sebenarnya pemandangan ini juga tidak asing lagi bagiku, karena aku sering melihatnya di film porno.

Tapi kali ini lain, karena aku melihatnya dari dekat sekali dan ini baru pertama kalinya aku lihat memek didepan mataku. Kulihat ada cairan yang mengalir keluar dari bagian bawah memek kakakku disertai baunya yang aneh.

Perlahan kubuka belahan daging yang menutupi lubang memek Kak Risa. Dan langsung kusapu dengan lidahku dari bawah ke atas berkali-kali. Saat itu tubuh Kak Risa langsung mengejang.

Dengan bibir dan lidahku, kupermainkan klitorisnya. Secara spontanitas kedua tangannya memegangi kepalaku. Aku semakin asyik menjilati memek kakakku itu, bahkan sesekali kuhisap bagian bawahnya. Kudengar Kak Risa berulang-ulang mendesah sambil menyebut namaku.

"Aaaaahhh.... Tooniiii..... Terruuusss deekkk.... Teruuusss...."

Permainan itu luar biasa sekali menurutku, meski cairan yang keluar rasanya tidak karuan, tapi aku benar-benar menikmatinya.

Saat lidahku menyusup ke dalam lubang memek Kak Risa, sebisanya kujilati bagian dalam lubang itu. Kak Risa makin terengah-engah, dan nafasnya memburu tidak karuan.

Lidahku juga semakin liar mengobrak-abrik bagian sensitif kakakku itu, sehingga semua tempat di dalamnya tersapu oleh lidahku.

Setelah beberapa menit, Kak Risa agak mengejangkan tubuhnya. Aku merasakan lidahku dialiri sesuatu yang hangat.

"Aaaaaaaahhhhhhhh....."

Bersamaan dengan erangan keras dari Kak Risa, serta pahanya yang menjepit kepalaku dengan sangat kuat. Kujilati cairan itu sampai bersih, meskipun rasanya masih sama.

Kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan kuciumi lagi bibir Kak Risa.

“Adek, kamu nakal banget sih...?” ekspresi wajah Kak Risa sangat berbeda.

“Kak, aku sayang sama kakak...”

Kak Risa memandangiku dengan sayu, lalu tangannya mengusap pipiku.

“Kakak juga sayang kamu...”

Dengan berani aku mencoba mengajak Kak Risa untuk melakukan hubungan seks denganku.

“Kak, boleh aku melakukan yang lebih dari ini sama Kakak...”.

Kak Risa hanya terdiam mematung, kepalanya tertunduk untuk beberapa saat. Suasana benar-benar hening, sampai nafas kamipun terdengar sangat jelas.

Setelah itu dia kembali memandangku sambil bertanya.

“Kamu yakin mau melakukannya Dek...?” suara Kak Risa sangat pelan sekali.

Aku tak menjawab, aku hanya melihat tatapan mata Kak Risa yang sangat berbeda. Aku tak bisa menggambarkannya, tapi aku tahu Kak Risa rela melakukannya denganku.

Langsung saja kulepas celana dalamku, kemudian aku agak bergeser ke bawah. Ku lebarkan kedua kakinya. Kontolku sudah tampak tegak berdiri, tapi tidak sebesar orang dewasa, masih ukuran standart anak 13 tahun.

Kak Risa terus menatap wajahku saat aku mengarahkan kontolku tepat di depan memeknya.

“Yakin Kak..?” sekali lagi kuminta persetujuannya.

Dia hanya mengangguk pelan.

Perlahan kudorong masuk kontolku, tapi tidak berhasil.

"Dasar masih Amatir..." pikirku.

Sampai yang ketiga kalinya. Kak Risa kemudian meraih kontolku dan menahan pinggangku sambil mengarahkan vaginanya tepat di ujung kontolku, kemudian kucoba mendorong lagi.

Meski sulit dan agak sakit, tapi aku berhasil juga memasukkan seluruh kontolku ke dalam memek Kak Risa, dan perlahan kugerakkan pinggangku maju mundur.

Kedua tangan Kak Risa tampak meremasi selimut tidur kami. Desahannya mulai terdengar lagi.

"Aaahhhh.... Aaahhhhh... Aaahhhhh...."


Kuperhatikan Kak Risa tampak sulit menyesuaikan diri. Pelan tapi pasti, kupercepat tempo gerakanku. Sebenarnya saat itu kontolku terasa perih sekali. Aku merasa nggak enak banget. Tapi erangan Kak Risa yang semakin membuatku tidak berpikir lagi dan bertambah semangat untuk memompanya.

Makin kuhentakan pinggangku dengan gerakan yang teratur, Kak Risa terus menerus menghentakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Sesekali dia meregang sambil mengerang keras.

"Aaaaaahhhhh...... Aaaahhhhh....."

Aku sempat takut juga kalau sampai ada orang rumah yang terbangun, tapi untungnya kamar kami di atas dan paling ujung. Agak jauh dari kamar Mama dan kakak-kakakku yang lain. Tiba-tiba kurasakan pinggang Kak Risa juga ikut bergerak, seperti memutar.

Sesekali Kak Risa ikut menghentakkan pinggangnya.

Aku baru benar-benar merasakan enaknya melakukan hal itu. Dengan iseng kuremas juga buah dada Kak Risa, dan Kak Risa merespon dengan menggenggam tanganku kuat.

Gerakan pinggang Kak Risa makin cepat. Kak Risa seperti sudah biasa melakukan hal ini. Dengan pemikiran itu, maka semakin agresif aku menghentakkan pinggangku. Tentu saja hal ini membuat Kak Risa mengerang semakin keras.

"Aaahhhh... Aaaahhhh.... Aaaahh...."

Dari tubuhku dan Kak Risa keringat semakin mengucur deras, padahal AC di ruangan kamar cukup dingin.

Beberapa menit kemudian pergerakanku mulai melambat, aku seperti agak pusing. Aku hanya mampu menghentakkan pinggangku sesekali, kadang aku hanya diam menikmati remasan dinding-dinding vagina Kak Risa.

Kurasa badanku mulai lelah.

Tiba-tiba Kak Risa meraih tubuhku dan mendekapku erat sekali, pinggangnya menghentak beberapa kali, rasanya luar biasa. Senjataku seperti ditarik makin masuk ke dalam, dan dilumuri cairan yang hangat, diiringi erangan cukup keras dari Kak Risa.

"Aaaahhhhhh....."

Saat Kak Risa melepas dekapannya, aku merasa tubuhku amat lelah sekali, karena tidak kuat aku berguling di sisi Kak Risa. Pada saat itu, aku juga merasa dari senjataku ada yang mau keluar.


"Crrrooooottt... Crroooottttt.... Crrooottt...."


Rasanya enak sekali, baru kali itu aku merasakan yang seperti ini. Hingga akhirnya cairan itu keluar membasahi tempat tidur.

Entah aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu dan akupun tertidur.

Paginya ketika aku sadar, Kak Risa sudah memeluk ku sambil menciumiku. Kami masih dalam keadaan tanpa pakaian sehelaipun.

“Kakak nggak ngira kalau Adek yang dulu sering kakak gendong bisa berbuat ini sama kakak...” bisik Kak Risa di telingaku.

Aku sendiri setengah tidak percaya sudah melakukannya dengan kakakku.

“Kak... Aku sayang banget sama Kakak, aku cinta sama Kakak...”

Kupeluk Kak Risa dengan kuat, Kak Risa hanya tersenyum dan menciumku lagi.

“Kakak ngerti kok Dek, kakak juga sayang dan cinta banget sama kamu. Kakak hanya tidak menyangka kamu dewasa secepat ini. Dan jujur saja, kakak seneng banget bisa melakukan ini sama kamu, terima kasih adekku sayang...” kata Kak Risa.

“Tapi ayo cepet bangun, seprei ini harus segera dicuci. .” lanjut Kak Risa lagi.

“Lho, memangnya kenapa, kok dicuci Kak...?” tanyaku singkat.

“Kakak nggak mau kalau bekas darah di seprei itu sampai ketahuan sama Mama...” jawab Kak Risa.

Aku setengah terkejut mendengar ucapannya.

“Haaahh.... Darah...? darah apa Kak...?”, tanyaku lagi.



Kak Risa tidak menjawab, dan dia langsung memintaku berdiri dan cepat-cepat melepaskan seprei dari tempat tidur kami.

Awalnya aku memang tidak tahu, tapi belakangan aku baru mengerti, bahwa ternyata malam itu aku telah mengambil keperawanan kakakku sendiri saat usiaku yang belum genap 13 tahun.

Bodohnya aku, seharusnya aku sudah tahu mengenai hal itu.

Aku jadi merasa bersalah, berulang kali aku minta maaf padanya, meskipun Kak Risa mengakui bahwa ia sangat rela melepas keperawanannya padaku. Hanya saja, dia tidak mengira aku akan mengambil keperawanannya secepat ini.

Setelah mendengar ucapannya itu, Aku jadi tambah makin sayang padanya.

Sejak kejadian itu, aku tidak pernah mencoba untuk mencari pacar. Karena Kak Risa sudah kuanggap menjadi segalanya bagiku.

Setelah kejadian itu pula, Kak Risa juga menutup diri pada pergaulannya. Secara otomatis, bagi Kak Risa statusku adalah adik sekaligus kekasihnya.

Dan kehidupan kami jadi semakin tertutup.

Entah sejak saat itu, sudah berapa kali kami melakukannya, dan keluarga kami benar-benar tidak tahu akan hal itu.

Lepas SMU, aku sudah tidak ada di Indonesia. Karena aku melanjutkan studi ke Amerika. Tapi aku terap tak bisa berpisah dengan Kak Risa. Aku meminta Kak Risa untuk ikut denganku.

Walau sebenarnya, Papa dan Mama ku tidak menyetujui. Tapi mereka tak bisa apa-apa, karena Kak Risa juga memaksa untuk menemaniku di Amerika.

Sampai saat seluruh keluargaku pindah ke Amerika dan sampai hari ini pun, mereka semua juga tidak pernah tahu bahwa kami telah menjalani kehidupan yang terlarang ini.

Karena kalau dilihat secara seksama, kami berdua melakukannya bagaikan pasangan suami istri, padahal kami berdua ini adalah seorang Adik Kakak dan sedarah.

Sekarang Kak Risa sudah bekerja pada sebuah bank di kota yang sama denganku. Kami tinggal berdua di rumah yang jauh dari keramaian, dan kami sudah sepakat untuk menjalani kehidupan yang terlarang ini entah sampai kapan.

Lagi pula sampai saat ini, keluarga kami tidak menaruh curiga sama sekali. Mungkin pola pikir mereka sudah sama seperti orang-orang setempat, yang tidak mau ikut campur urusan pribadi orang lain.


Sekian cerita hubungan terlarang aku dan kakakku sendiri.



Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk berkunjung di Blog saya, sampai bertemu lagi di cerita dan artikel selanjutnya.

Kumpulan Cerita Dewasa Lainnya

=> KLIK DISINI <=

Kunjungi Juga Artikel AZG27 DREAMS Lainnya

------------------
=> Berita Paling Eksis

=> Berita & Video Sepakbola Terupdate
=> Kumpulan Cerita Horor
=> Cerita Kisah Cinta Nyata
=> Kumpulan Video Menarik & Lucu
=> Video Hot Bigo Live


Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube
=> AZG27 DREAMS <=