Aku Merelakan Keperawananku Direnggut Demi Membayar Hutang Keluargaku


Selamat Datang Di Blog
AZG27 DREAMS



Sepertinya aku harus mengubur dalam-dalam impianku untuk menjadi satu-satunya perempuan dengan gelar MBA di kampung ini. Sia-sia sudah semua jerih payah selama masa kuliah dulu. Semuanya berawal dari datangnya musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun lalu.


Untuk mengembangkan usahanya, Ayah ku telah mendapatkan kredit yang lumayan besar dari sebuah bank swasta. Semula, Ayah tidak mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya karena hasil yang diperoleh Ayah dari perkebunannya yang luas dan modern sangat berlimpah.


Karena itulah Ayah dapat mengirim aku ke Jawa untuk kuliah di sebuah Universitas terkemuka di negeri ini.


Namun, musim kemarau berkepanjangan tahun lalu telah menghancurkan semuanya. Semua tanaman diladang dan kebun Ayah mati kekeringan. Karena stress, Ayahku terkena stroke dan aku pun harus membatalkan niatku untuk melanjutkan kuliah ditingkat S2.




Semakin hari kondisi Ayahku tambah menurun.


Kami sekeluarga harus menjual barang-barang berharga kami untuk biaya pengobatan dan membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke enam, kami sudah tidak punya apa-apa lagi yang dapat kami jual. Sementara rumah dan ladang sudah diagunkan Ayah ke bank untuk mendapatkan kredit sehingga tidak mungkin kami menjualnya.


Sebulan yang lalu, beberapa orang petugas bank datang menagih pembayaran cicilan kredit yang sudah tidak lagi dapat kami bayar selama tiga bulan. Mereka mengancam akan menyita rumah dan ladang apabila kami tidak dapat melunasi tunggakan pembayaran dalam waktu dua minggu.


Kami hanya bisa menangis, memohon belas kasihan orang-orang bank itu.


Namun, mereka hanya petugas yang tidak memiliki wewenang besar, sehingga mereka tidak dapat membantu kami.


Baca Juga : Betapa Puasnya Aku Menikmati Tubuh Anak Perawan SMP dan Tetanggaku Yang Montok


Di tengah kekalutan kami, tiba-tiba datang lah seorang laki-laki paruh baya yang bersedia membantu kami. Dia adalah salah seorang terkaya di kampung kami, yang juga sekaligus merupakan saingan usaha Ayah.


Kami mengenal pria ini sebagai Pak Wanto. Semua hutang-hutang kami dibayar lunas olehnya pada hari itu juga.


Kami semua sangat senang dan berterima kasih pada Pak Wanto. Karena tanpa dia, kami mungkin harus tinggal di kolong jembatan atau emperan toko.


Malam itu Pak Wanto datang ke rumah kami dan aku menemani Ibuku untuk menemuinya. Tak disangka, ketika Ibu pergi menengok Ayah di kamar, Pak Wanto mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiranku.


“Kamu sadarkan Rini, kalau utang Ayah kamu itu besar sekali. Saya harus mengeruk tabungan untuk melunasinya semua. Tentunya saya tidak mau itu dianggap amal jariah, dan saya harus mendapatkan sesuatu. Saya ingin mendapatkan kamu Rini..” kata Pak Wanto.


“Ma... mmaaa... maksud Bapak, apakah Bapak mau mengambil saya sebaga istri...?” tanyaku terbata-bata.


“Rini... Rini… kalau saya mengambil kamu sebagai istri, maka hubungan utang piutang di antara kita akan hilang. Saya tidak mau itu. Saya bilang kan tadi saya ingin mendapatkan kamu, tubuh kamu persisnya. Saya ingin menikmati tubuh kamu sampai saya anggap utang itu lunas...” kata Pak Wanto sambil menyeringai.


Begitu mendengar keinginannya, Ibuku langsung meminta Pak Wanto pergi dari rumah kami, namun Pak Wanto membalas ucapan Ibuku dengan mengatakan bahwa dialah yang sebenarnya berhak untuk mengusir kami dari rumah ini.


Pak Wanto benar dan kami tidak punya alasan lain untuk membantahnya. Aku dan Ibu hanya bisa menangis sambil berpelukan. Namun aku sadar bahwa dengan merelakan tubuhku ini, aku akan dapat menyelamatkan kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan permintaan Pak Wanto.


Malam itu, Pak Wanto menjadi lelaki pertama yang menyetubuhi aku. Aku merelakan keperawananku untuk membayar utang Ayah. Disini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Wanto bahkan tidak mau repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa kamar hotel untuk menikmati tubuhku ini.


Begitu aku mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-siap di kamarku sambil menunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi. Aku masih duduk di ujung tempat tidur ketika Pak Wanto masuk ke kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku.


Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku terkesiap.


Itu adalah kali pertama aku melihat kontol, dan kontol itu kini ada di depan wajahku.


Pak Wanto meminta aku untuk mengulum kontolnya. Dengan tangan gemetar aku memegang kotol Pak Wanto dan memasukkannya ke mulutku. Air mataku berlinang.


Betapa tidak, aku yang berpendidikan tinggi ini pada akhirnya terpaksa harus mengulum kotol laki-laki tua. Pak Wanto menjambak rambutku dan memaksa aku untuk mengocok kontolnya dengan mulutku. Meski sempat tersedak, aku berusaha untuk menyenangkan lelaki tua bangka ini.


Pak Wanto sangat menikmati layananku sambil mendesah dan mendesis.


"Aaaahhhhh....."


Setelah beberapa menit berlalu, kotol Pak Wanto menjadi semakin tegang dan Pak Wanto memegang kepalaku dengan kedua tangnnya sambil mendorong kontolnya ke dalam mulutku.


Ternyata dia sudah mencapai klimaks dan air maninya menyembur keluar di dalam mulut ku. Karena kepalaku tertahan kedua tangannya, aku terpaksa menelan peju yang keluar agar aku tetap bisa bernafas. Sebagian peju Pak Wanto meleleh keluar dari mulutku ketika dia menarik keluar kontolnya dari mulutku dan pejunya tumpah membasahi bajuku.


Kemudian Pak Wanto meminta aku membuka semua pakaian yang aku kenakan. Pak Wanto menjadi lelaki pertama yang pernah melihat aku telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulus dengan payudara ku yang montok ini sejenak, dan meminta aku rebah di atas tempat tidur, sementara dia lalu melucuti pakaiannya sendiri.


Dia naik ke atas tempat tidur dan kedua tangannya mulai mengeranyangi dadaku. Dia meremas payudaraku dengan lembut sambil memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan patung. Aku berusaha untuk mengabaikan rasa geli yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya pada buah dadaku.


Salah satu tangannya meraih ke selangkanganku dan membelai lembut memekku. Sementara itu, dia memainkan lidahnya pada salah satu payudaraku. Aku begitu marah pada diriku sendiri karena aku seharusnya tidak menikmati apa yang dia lakukan pada tubuhku, namun aku tidak kuasa menahannya.


Pak Wanto telah memberikan sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya, sensasi yang membuat aku melambung ke awang-awang.


Tanpa sadar aku membuka lebar-lebar kedua pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak Wanto membuka bibir memekku dan dengan jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku dengan lembut. Mulutnya tak henti-hentinya menyedot pentil buah dadaku.


Tubuhku sudah di luar kendaliku sendiri karena nafsu birahi yang telah menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan mendesis.


"Aaahhhh....aaahhhh....aaahhhhhh.."


Perlahan-lahan kepala Pak Wanto berpindah dari dadaku, turun ke perutku dan akhirnya dia menempatkan kepalanya di selangkanganku. Kini dengan lidah dan bibirnya dia langsung melahap memekku.


Habis sudah pertahananku.


Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut rambutnya. Sensasi yang tak pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.


Melihat aku sudah sangat terangsang, Pak Wanto terhenti dan mengambil posisi di antara kedua pahaku. Kontolnya dia gesek-gesekkan ke itil dan lubang memekku. Aku yang sudah dikendalikan nafsu justru mengangkat pantatku, sehingga ujung kontolnya menyodok masuk ke lubang memekku.


Aku tersentak... "Aaaahhhh....."


Sensasi yang aku rasakan ternyata jauh lebih nikmat sehingga tanpa sadar aku memohon kepada Pak Wanto untuk cepat-cepat memasukkan kontolnya ke memekku yang sudah basah oleh cairanku sendiri dan liur Pak Wanto.


“Masukin, Pak … ayoo masukin …. Aku sudah gak tahan lagi...” kataku sangat bernafsu.


“Hehehehe … Siapa tadi yang menagis tersedu-sedu gak mau melayani aku? Hahahaha … Nih, aku kasih ….” katanya sambil melesakkan kontolnya ke lubang memekku yang masih sempit.

"Agak sakit sedikit, kamu tahan ya …”  sambungnya.

“Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak,” kataku.


Karena separuh kontol Pak Wanto kini sudah masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan pingulnya maju mundur dengan perlahan. Aku meracau dilanda kenikmatan yang timbul karena gesekan dinding memekku dengan kotol Pak Wanto.


" Aaaaahhhh.... Paakkkk.... Enaaaakkkk..."


Tiba-tiba Pak Wanto mengigit leherku dan menyentak pinggulnya maju sehingga kontolnya masuk semuanya ke memekku.


“Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!” aku tersentak.


Selaput daraku kini sudah tembus di dorong kotol Pak Wanto. Namun rasa pedih di leher dan rasa kaget karena digigit secara tiba-tiba membuat aku tidak terlalu merasakan pedih yang timbul karena sobeknya selaput daraku.



“Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu...?”

“Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya. Masih agak nyeri …”



Kemudian Pak Wanto mulai melakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan kemudian semakin cepat.


“Ahhhhh Riinniii…. Nimaaat bangeeeet memeekkmu ….. “ kata Pak Wanto.



Aku tidak menjawabnya.


Aku terlalu sibuk menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan kotol Pak Wanto di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggungnya. Aku sudah memperlakukan Pak Wanto seperti seorang suami.


Kini Pak Wanto mempercepat gerakannya dan aku pun semakin melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat di bagian rahimku yang membuat aku seperti mengejan.


Seluruh otot-otot di tubuhku mengejang dan memekku berdenyut-denyut.


“Aaaaahhhhhhh……. Aaaaaaaaaahhhhhhhhh…” aku menjerit keras ketika aku mencapai orgasme pertamaku.


Hal yang semula aku lakukan karena terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang tuaku, kini ternyata malah begitu nikmat yang kurasakan. Mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan Tuhan atas pengorbananku.


Tubuhku begitu rileks setelah puncak kenikmatan bersetubuh itu aku capai. Aku terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi setiap sensasi yang aku rasakan.


Pak Wanto yang belum mencapai klimaks tidak terlalu suka dengan kondisi memekku yang sangat basah serta tubuhku yang lemas tanpa reaksi. Dia mencabut kontolnya dari memekku dan berganti posisi. Dia lalu menempatkan kontolnya di antara kedua buah dadaku.


Dia memegang buah dadaku dengan kedua tangannya sehingga kontolnya terjepit kedua payudara besar yang lembut dan kenyal itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan memperlakukan celah di antara kedua buah dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku.


Aku yang masih lemas karena orgasmeku hanya terdiam memandangi kepala kontol Pak Wanto yang timbul tenggelam dari celah payudaraku itu.


Setelah beberapa menit Pak Wanto mempercepat gerakkannya dan akhirnya air maninya menyembur membasahi wajah, leher dan payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.


“Bukan main! Asyik sekali yang barusan itu….” kata Pak Wanto sambil kembali mengenakan pakaiannya.


“Mulai hari ini, sampai batas waktu yang aku tentukan nanti. Kita akan sering melakukannya, dan kamu harus siap kapan pun bila saya ingin menyelipkan kontol ini di memek kamu...” sambungnya sambil berjalan meninggalkan aku yang terbujur lemas di atas tempat tidur.


Begitu aku sadar tentang apa yang telah terjadi, air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali pengorbananku, namun aku menyesali mengapa aku begitu menikmati persetubuhan itu. Aku merasa jijik pada diriku sendiri, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa kenikmatan yang aku dapat dari persetubuhan itu memang begitu indah.


Aku bahkan tidak menyeka mukaku yang berlumuran air mani Pak Wanto yang bercampur dengan air mataku.


Baca Juga : Memperkosa Mirna Di Hotel Tempat Kerjanya


Ibuku yang rupanya sempat menyaksikan detik-detik terakhir persetubuhanku dengan Pak Wanto dengan setengah berlari menghambur masuk ke kamar dan menghampiriku.


“Rinnnniiiii… Maafkan Ibu dan Ayah ya nak, karena kami kau harus melakukan ini...” kata Ibuku sambil membersihkan wajah, leher dan dadaku dari air mani Pak Wanto dengan sapu tangan yang diambilnya dari meja riasku.


"... Aku masih menyimpan sapu tangan bernoda air mani Pak Wanto itu dan sesekali aku menciumi aroma laki-laki yang samar-samar masih tersisa disana ..."


Aku hanya diam mematung di atas tempat tidurku, dan aku tak mampu untuk berkata apa-apa. Ibu lalu menutup tubuh telanjangku dengan selimut dan menyuruh aku untuk tidur.


Aku pun terlelap sampai pagi.


Sebelum pergi meninggalkan rumah kami, Pak Wanto sempat menaruh beberapa lembar uang ratusan ribu di atas meja riasku. Aku pergunakan uang itu untuk biaya pengobatan Ayah dan makan sehari-hari.


Sejak saat itu, aku telah menjadi gundik pemuas nafsu birahi Pak Wanto untuk waktu yang aku pun tidak tahu berapa lama.


Pagi tadi, ketika aku kembali dari pasar. Aku bertemu Pak Wanto di tengah jalan, Dia sedang berdiri sambil mengobrol dengan Pak Jono, sopirnya.


Rupanya Pak Wanto sedang meninjau pembuatan sumur bor di tengah ladangnya. Jalan di desa kami memang tidak pernah terlalu ramai, sehingga Pak Wanto bisa memarkir mobilnya di bahu jalan tanpa menghalangi orang yang lalu lalang.


Pak Wanto lalu menyapaku dan meminta aku untuk berhenti sebentar.


“Wah baru selesai belanja rupanya...” kata Pak Wanto.

“Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam Ayah dan Ibu nanti,” jawabku.

“Sini kamu. Aku kepengen sarapan dulu...” katanya sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.


Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak berani melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, Pak Wanto membuka retsleting celananya dan aku mengerti apa yang dia mau. Aku berjongkok dan mulai mengulum kontolnya, sambil terus mengawasi orang-orang yang sedang membuat sumur bor.


Pak Wanto menikmati “sarapan pagi” yang sedang aku berikan. Aku pegang kontolnya dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur sehingga kepala kontolnya keluar masuk dari mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya. Pak Wanto begitu menikmatinya sehingga dia mengerang, mendesis bahkan kadang bergumam tidak jelas.


"Aaaahhhhh.... Uuuhhhhhh...."


Suaranya membuat orang-orang yang sedang membuat sumur bor menoleh ke arah kami. Malu juga rasanya ditonton orang, walau hanya cuma beberapa orang saja yang melihat.


Kontol Pak Wanto sudah begitu tegang dan keras. Dia meminta aku berdiri dan melepas celana dalamku. Semula aku menolak.


“Masak di sini sih, Pak … Kan gak enak ditonton orang,” kataku.

“Tenang saja … Ayo cepat buka,” katanya sambil mengocok-ngocok kontolnya dengan tangannya sendiri.


Aku angkat rokku dan aku copot celana dalamku dengan hat-hati agar memekku tidak terlihat oleh orang-orang di ladang atau Pak Jono yang berdiri tidak jauh dari kami. Setelah itu aku lipat dan taruh di keranjang belanjaanku. Pak Wanto meminta aku berdiri di samping mobil dan menaruh kedua tanganku di atas kapnya.


Pak Wanto kemudian berdiri di belakangku dan menyingkap bagian belakang rokku. Pantatku yang telanjang terasa dingin diterpa angin. Aku malu sekali karena pantatku bisa dilihat oleh banyak orang sekarang. Akan tetapi bayangan akan disetubuhi di udara terbuka dan disasksikan orang banyak membuat aku agak terangsang.


Pak Wanto sempat tersenyum begitu dia menyentuh memekku dari belakang, karena memekku ternyata sudah cukup basah.


“Wah sudah basah nih, sudah kepingin ya?” katanya.

“Baguslah, coba bungkukkan badanmu sedikit biar saya gampang masukinnya...” sambungnya.


Aku mnegikuti keinginannya.


Badanku lalu aku bungkukkan sedikit sehinga pantatku agak menonjol ke belakang. Kakiku dilebarkan. Akhirnya, hal itu pun terjadilah. Kontol Pak Wanto masuk ke dalam memekku yang masih sempit ini. Pak Wanto masih agak kesulitan menembus lubang di selangkaganku.


Pelan-pelan dengan dibimbing tangannya, kontol Pak Wanto akhirnya melesak masuk. Badanku agak bergetar begitu aku merasakan gesekan kotolnya pada dinding-dinding dalam memekku. Perlahan-lahan Pak Wanto mulai menggenjot kontolnya keluar masuk memekku.


“Ahhhhh ….. Aaaaahhhhhhh …. Aaaaaaahhhhhhh….” desahku pada setiap tusukan.


Aku menggoyang pinggulku untuk mengimbangi genjotan Pak Wanto.


“Shhhhhhh …. Yeeeeeaaahhhhhh …… Aaaaaaahhhh …” aku terus mendesah.

“Nikmat sekali … Goyang terus, Riinniii... Yaaaa …… Kayak gituuuuu …… Uuuuuuuhhhhhhh …..” kata Pak Wanto.


Tangannya lalu memegangi pinggangku setiap kali dia mendorong kontolnya masuk ke memekku. Sesekali dia meremas buah dadaku dari balik baju.


Sensasi bersetubuh di pinggir jalan dengan beberapa orang yang menyaksikannya sangat luar biasa buatku. Aku merasa seperti wanita jalang yang hanya punya satu tujuan hidup, yaitu seks. Aku sangat menikmati persetubuhan itu sehingga tanpa sadar aku mengeleng-gelengkan kepalaku sambil terus mendesah, mendesis dan bahkan berteriak.


"Aaaaaaaahhhhh.... Eennnnaaakkk Paaaakk... Terruuussss .... Gonjoooottt Meemmeekkku ..... Paaakkkk... Terussssss...  Aaaahhhhh... Aaaahhhh..."


Kenikmatan itu sudah mengambil alih kendali atas tubuhku.


“Lebih cepat, Pak …. Lebih cepat ….. Yeeeeeaaaaaahhhh …. Shhhhh …. Genjot lebih cepaaaaat …. Aku sudah mau keluar …”


Pak Wanto pun memenuhi permintaanku. Kontolnya bergerak lebih cepat keluar masuk ke memekku. Aku merasa sudah hampir mencapai orgasme. Tubuhku mengejang dan melengkung ke belakang hingga berhimpitan dengan tubuh Pak Wanto.


“Aku mau keluar Pak …. Aku mau keluaaaaarrrrr …. Aaaaaaahhhhh …. Aaaaahhhhhhhh …..Aaaaaahhhhhhh….” Aku berteriak melepaskan semua rasa ketika orgasme meledak-ledak di dalam tubuhku.


Orang yang lewat dan para tukang yang sedang bekerja di ladang membuat sumur bor mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berdua. Aku sudah tidak peduli lagi.


Kenikmatan seksual ini jauh lebih berharga bagiku.


Sesaat setelah tubuhku kembali melemas, Pak Wanto mencabut kontolnya dari memekku dan meminta aku melakukan oral lagi. Hanya beberapa menit saja aku mengulum, mengenyot dan menjilati kontol Pak Wanto hingga akhirnya kontol itu menumpahkan air mani kental berwarna putih.


Sebagian air mani itu membasahi bajuku dan rambutku. Lalu aku menjilati dan menelan semua sisa air mani dari kontol Pak Wanto hingga bersih.


Setelah itu aku membenahi rok dan bajuku dan minta ijin Pak Wanto untuk pulang. Celana dalam sengaja tidak aku pakai lagi. Di sepanjang jalan, ada beberapa orang yang menoleh ke arahku ketika berpapasan. Aroma air mani segar yang tumpah di bajuku mungkin yang menarik perhatian mereka.


Baca Juga : Kenikmatan Persetubuhan Ini Berasal Dari Gejolak Nafsuku Yang Menggebu


Aku terus bejalan tanpa mempedulikan mereka yang memperhatikan ku.


Sesampai di rumah aku memberikan belanjaanku kepada Ibu yang bingung melihat ceceran air mani di bajuku. Tapi dia tidak banyak tanya.


Selitas aku melihat air matanya berlinang. Aku pun tidak peduli, kalau memang aku harus menjadi budak seks Pak Wanto untuk menolong orangtuaku, mengapa tidak sekalian saja aku menikmati setiap persetubuhan yang aku lakukan.


Bagaimanapun, aku harus melakukannya.


Hari ini aku kembali membawa Ayah ke rumah sakit untuk melanjutkan pengobatannya. Syukurlah, dokter bilang kondisi Ayah sudah banyak kemajuan. Aku menyempatkan diri ketika sedang berada di rumah sakit untuk mengunjungi dokter kandungan.


Aku minta pada dokter itu untuk memasangkan spiral di rahimku. Semula dokter menganjurkan aku untuk mengurungkan niatku, namun dengan sedikit kebohongan dia pun bersedia melakukannya. Aku katakana pada dokter itu bahwa aku sedang menyelesaikan kuliah S2 ku.


Kehamilan pasti akan sangat mengganggu. Entah aku dapat ide dari mana untuk mengarang cerita bohong itu. Dengan spiral di rahimku, aku tidak akan takut lagi persetubuhanku dengan Pak Wanto berakhir dengan kehamilan.


Setelah beberapa hari tidak menyentuh tubuhku, sore itu Pak Wanto bertandang ke rumah. Aku tahu apa maksud kedatangannya dan aku pun sudah menyiapkan diriku untuk kembali melayaninya. Bayangan akan kenikmatan orgasme membuat aku menjadi bergairah.


Aku sambut Pak Wanto di pintu depan dan menyilakannya untuk duduk di ruang tamu. Setelah menghidangkan secangkir teh, aku menemani Pak Wanto berbicang-bincang sebentar.


“Rini, kita ngewek di taman belakang sana yuk…” kata Pak Wanto.

“Sudah lama kan kita gak ngewek.” sambungnya.

“Terserah Bapak saja … Saya kan gak bisa nolak...” jawabku pasrah.


Pak Wanto lalu bangkit dari kursi tamu dan menarik tanganku untuk mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman di belakang rumah tidak terlalu terbuka. Pagar sampingnya lumayan tinggi, tetapi bagian belakangnya sengaja hanya dipagari dengan pohon perdu setinggi pinggang yang selalu dipangkas rapi.


Di taman itu, ada beberapa buah kursi taman dari batu tanpa sandaran serta sebuah meja batu besar. Di sekelilingya ditumbuhi berbagai tanaman hias dan bunga. Ah, bersetebuh di udara terbuka, membayangkannya saja aku sudah terangsang.


Tanpa disentuh pun, memekku sudah basah.


Pak Wanto meminta aku menanggalkan semua pakaianku. Dia agak kaget melihat ternyata aku sudah tidak memakai celana dalam. Setelah tidak ada benang sehelai pun yang menempel di kulitku, Pak Wanto meminta aku duduk di pinggir meja batu besar.


Dia juga mencopot pakaiannya, sehingga kami berdua pun bugil seperti bayi yang baru lahir. Dia berjongkok di hadapanku dan mengangkat kedua kakiku. Ternyata dia ingin menciumi dan menjilati memek dan itilku.


“Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh ….. Itilnya, Pak ……… Itilnya ………… Yahhhhhh ……. Ohhhhhhhhhhhh ………” kataku sambil terus mendesis menikmati setiap sapuan lidahnya di itilku.


Setelah memekku benar-benar basah, Pak Wanto duduk di salah satu kursi batu dan meminta aku untuk duduk di pangkuannya. Dengan mudah kontolnya masuk ke memekku ketika aku menurunkan pantatku. Dengan bertumpu pada pundak Pak Wanto, aku bergerak naik turun sehingga kontolnya bergerak bebas keluar masuk memekku.


Sebentar saja aku sudah tenggelam dalam kenikmatan birahi. Aku terus mendesah dan mendesis.


"Aaaahhhh... aaahhhhhhh...."


Ternyata Pak Wanto sangat menyukai tingkahku setiap kali dia menyetubuhiku. Istrinya atau wanita lain yang sering dia setubuhi biasanya hanya diam saja menerima segala perlakuan Pak Wanto. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah.


Sambil duduk seperti itu, itilku selalu bergesekan dengan jembut Pak Wanto yang kasar setiap kali aku bergerak turun.


Setelah bermain dengan posisi duduk selama beberapa puluh menit, Pak Wanto meminta aku rebah di meja batu besar dan dia pun menyodokkan kontolnya ke memekku sambil berdiri. Kedua kakiku dilipat ke atas dan ditopang oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku menjadi menyembul ke atas dan lebih keras menjepit kontol Pak Wanto.


“Aaaaahhhhhh …… Ini baru enaaaaaakk ….” kata Pak Kusrin sambil terus menggenjot pinggulnya.

“Genjot yang kuat, Pak …. Ayo … dong ….” kataku memberi semangat.


Satu tanganku menjulur ke bawah untuk meraih itilku sendiri. Sambil terus menikmati setiap tusukan kontol Pak Wanto di lubang memekku, aku menggosok-gosok dan memilin-milin itilku.


Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan untuk memilin-milin pentil buah dadaku.


Tanpa sadar mulutku terbuka lebar mendapatkan kenikmatan rangsangan itu.


“Ahhhhhh … ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh ….” keluar dari mulutku setiap kali Pak Wanto menyodokkan kontolnya.

“Kocok yang cepat, Pak … Lebih cepat, lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih cepaaaattt ….. Aku sudah mau keluaaaarrrr ……Ahhhhhh ……”


Seperti yang sudah-sudah, Pak Wanto pun memenuhi permintaanku. Dia menarik dan mendorong kontolnya lebih cepat. Gesekan kontol Pak Wanto dan memekku mengeluarkan bunyi berdecak-decak. Tubuh kami sudah bermandi keringat, entah pada sodokan yang keberapa aku pun mencapai orgasme.


“Aaaahhhhhhhhh…………… Aahhhhhhhh…. Aaaaahhhhhhhh….. Eeeennnnnaaaaakkk..!!!” teriakku.


Kakiku kaku menjulur ke atas dan pahaku mengatup. Kontol Pak Wanto tak bisa lagi bergerak. kontol itu berdenyut-denyut di dalam memekku dan akhirnya menyemburkan cairan kental memenuhi rahimku.


“Aaaaaaaarrrrrrggggghhhhhh……” Pak Wanto pun berteriak sambil memancarkan cairan spermanya.

“Riiiinnnniiiii…. Saayaa Jugaaa Keluuuaaaaarrr…”


Pak Wanto tertunduk lemas sambil bertopang pada meja batu dengan kedua tangannya, kedua kakiku kini menjuntai lemas. Namun Pak Wanto sepertinya sengaja tidak mencabut kontolnya dari memekku. Bahkan dia beberapa kali mendorongnya agar masuk lebih dalam.


Ketika kontolnya sudah benar-benar lemas lunglai, barulah Pak Wanto mencabutnya dan merebahkan tubuhnya disampingku.


“Rini, kamu tadi menjepit kontol saya sehingga saya tidak bisa mencabutnya. Air mani saya tumpah semua di dalam memek kamu. Apa kamu sengaja agar kamu hamil..?” tanya Pak Wanto

“Tenang Pak. Aku sudah pasang spiral. Kecil kemungkinannya aku hamil..” jawabku.

“Ohhhh … sukurlah. Aku agak kaget tadi...” kata Pak Wanto lega dan untuk pertama kalinya dia mencium keningku.


Setelah merenggut keperawananku dan menyetubuhiku berulang kali, inilah kali pertama Pak Wanto menciumku. Aku memegang wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang memulai, kami kemudian berpagutan. Kami berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-gesa.


Indah sekali...


Lima menit kami berciuman, lidah kami bertemu dan bergelut di dalam mulutku. Karena ciuman itu Pak Wanto dan aku kembali terangsang.


Tangan Pak Wanto kembali beraksi meremas payudaraku dan memainkan itilku secara bergantian. Sementara aku membelai dan mengocok kotol Pak Wanto agar tegang kembali. Begitu kontolnya kembali tegang, aku mendorong Pak Wanto agar rebah di atas meja batu dan aku naik ke atas tubuhnya. Dengan sekali sentakan, kontol Pak Wanto kembali masuk ke memekku yang masih basah oleh air maninya tadi.


Dan kami pun terhanyut kembali dalam gelombang birahi desahan dan teriakan kenikmatan kembali keluar dari mulut kami.


Sore itu, dua kali Pak Wanto menumpahkan air maninya di dalam memekku dan dua kali pula aku menguyur kontol Pak Wanto dengan cairan memekku ketika kami orgasme. Setelah puas, Pak Wanto kembali berpakaian dan pamit pulang.


Tak lupa dia menyelipkan beberapa lembar uang ratusan ribu di tanganku. Aku menerimanya, aku butuh untuk pengobatan Ayah, membayar listrik dan makan sehari-hari.


Aku sengaja tetap tinggal di taman belakang, rebahan di atas meja batu, telanjang bulat. Air mani Pak Wanto menetes keluar dari memekku. Mungkin aku sempat terlelap di atas meja batu itu, karena begitu aku tersadar tubuhku sudah tertutup kain batik. Mungkin Ibuku yang menyellimuti aku tadi.


Aku pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku dari keringatku dan keringat Pak Wanto yang telah bercampur. Setelah itu, aku masuk ke kamar dan rebahan di atas tempat tidur hanya berbalut daster. Aku mencoba memutar kembali rekaman persetubuhan kami tadi dalam benakku.


Nikmat sekali.


Sejenak aku bisa melupakan semua kesulitan dan masalah yang membelit keluargaku.


Terima kasih Tuhan…


Aku mendapat kabar dari Pak Jono tadi siang ketika dia membawakan satu kardus penuh berisi jamu-jamuan untuk wanita bahwa Pak Wanto dan istrinya bertengkar hebat karena ada yang melaporkan kegiatan kami berdua di pinggir jalan tempo hari. Istri Pak Wanto pun mengancam untuk mengajukan gugatan cerai, tapi Pak Wanto cuma tersenyum saja mendengar ancamannya itu.


Aku sempat bingung ketika Pak Jono bilang terima kasih kepadaku. Ternyata setelah pertengkaran itu, istri Pak Wanto sudah beberapa kali mengajak Pak Jono bersetubuh.


“Saya sebenarnya berharap bisa ngewek sama Neng Rini, tapi itu kan gak mungkin. Tapi, dapat sering-sering ngewek sama Ibu saja saya sudah senang … Hehehehe … Buat selingan, Neng. Bosan juga sama yang di rumah...” kata Pak Jono.


Tadi sore Pak Wanto datang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan seperti biasa. Kali ini dia tidak pakai basa-basi lagi. Begitu aku duduk di sampingnya di sofa, dia langsung menyergap aku dan kami pun berciuman. Selama beberapa puluh menit bibir dan lidah kami bertautan. Sementara itu tangan Pak Wanto terus bergerilya di setiap bagian tubuhku.


Baju kami pun satu persatu lepas dari badan kami, sehingga kami berdua benar-benar telanjang seperti bayi yang baru lahir.


Di sana, di atas sofa di ruang tamu, ketika sinar matahari sore masih menerangi ruangan itu, aku dan Pak Wanto kembali terhanyut dalam panasnya gelora birahi. Tanpa mempedulikan bahwa kami dapat menjadi tontonan orang yang lewat di jalan depan rumah, kami terus bergelut di atas sofa yang kini mulai basah dengan keringat kami.


Pak Wanto mendorong tubuhku hingga rebah di sofa. Kedua kakiku diangkatnya, lalu disangga dengan bahunya. Perlahan-lahan dia mengarahkan kontolnya ke memekku. Aku membantu membimbing ujung kontolnys agar tepat sasaran. Sekali dorong, kontol Pak Wanto pun menerobos masuk liang sanggamaku.


Sambil memegang kedua betisku, Pak Wanto mulai melakukan gerakan maju mundur sehingga kontolnya timbul tenggelam di dalam memekku. Buah dadaku berguncang-guncang seirama dengan setiap sodokan kontolnya ke dalam memekku.


Aku meraih sebuah bantal sandaran sofa untuk menyangga kepalaku. Dengan posisi begitu, aku bisa melihat gerakan kotol Pak Wanto yang keluar masuk memekku. Setiap kali Pak Wanto mendorong masuk kontolnya, memekku menjadi agak kempot dan ketika kontol itu ditarik keluar, memekku menjadi agak gembung.


Aku sangat terkesan dengan apa yang aku lihat di selangkanganku, semua itu membuat aku semakin terangsang.


“Kamu suka melihatnya, Rini..?” tanya Pak Wanto sambil terus bergoyang.


“Ahhhhhh ……Iya, Ahhhhhhhhh …….. tapi aku lebih suka rasanya. Ahhhhhh …. Yeahhhhh …. Sssssshhhh …. Yeahhhhh …. Ahhhhhhh ….” jawabku di sela-sela desahan kenikmatan.


Setelah sekitar sepuluh menit, kakiku terasa pegal. Pak Wanto menekuk lututku sehingga sekarang pahaku bertumpu pada perut dan dadaku. Namun baru lima menit disodok dengan posisi seperti itu, gantian Pak Wanto yang merasa pegal dan dia minta ganti posisi.


Aku menyuruhnya berbaring di sofa dengan kedua kaki lurus di atas sofa. Aku naik ke atas tubuhnya, lalu dia menancapkan kontolnya kembali ke memekku. Aku merasa seperti seorang koboi yang sedang menunggang kuda.


“Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss …. Hussssss,” katatu sambil bergaya seperti koboi.

“Ya … Goyang terus, Wati …. Enak sekali …. Teruuuuuss ….” Ujar Pak Wanto sambil menggapai buah dadaku dan meremasnya.


Baca Juga : Pemerkosaan Anak SMA Yang Masih Perawan


Aku terus menggerakkan pantatku naik turun sehingga kontol Pak Wanto bisa terus bergesekan dengan dinding-dinding dalam memekku. Setiap gesekan memberi kami sensasi yang luar biasa dan tidak terbayang nikmatnya. Keringat semakin deras mengucur dari tubuh kami. Aku mempercepat gerakkanku karena kau merasa sudah hampir mencapai klimaks.


“Ahhhhh …. Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku sudah mau keluaar Pak …. Aahhhhh …. Ahhhh …” kataku.


“Saya juga ..” kata Pak Wanto sambil menggerakkan pantatnya sehingga gesekan antara memekku dan kontolnya semakin cepat.


Tak lama kemudian puncak itu pun tercapai.



“Yeeeeaaaaaahhhhhh…. Aaaahhhhhhhhhh……. Aaaahhhhhhhhh....” kami pun berteriak bersamaan melepas semua rasa nikmat.


Badanku mengejang dan menekuk ke belakang sehingga aku harus bertumpu pada kedua kaki Pak Wanto yang juga menjadi kaku. Tubuhku bergetar hebat dan akhirnya aku tumbang dan rebah di atas dadanya. Nafas kami memburu cepat, secepat detakan jatung kami.


Kami berpelukan dan kembali berciuman selama beberapa menit. Tangan Pak Wanto mengelus-elus punggungku sementara aku terus berbaring di atas badannya. Aku biarkan kontolnya tetap di dalam memekku walaupun kontol itu sudah tidak lagi tegang. Aku ingin lebih lama merasakan kehadiran kontol itu di memekku.


Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, air mani Pak Wanto yang bercampur cairan dari memekku sendiri merembes keluar dan mengalir di sisi dalam kedua pahaku. Aku duduk di sofa dan aku biarkan cairan kami itu membasahi sofa.


Setelah berpakaian kembali, Pak Wanto menghampiriku yang masih terduduk lemas di sofa masih dalam keadaan telanjang bulat. Pak Wanto mengecup keningku dan mengucapkan terima kasih atas kenikmatan yang baru saja dia dapatkan dari tubuhku. Sebelum melangkah keluar, Pak Wanto seperti biasa mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya.


Kali ini uang itu dia gulung dan diselipkannya ke dalam memekku yang masih saja mengucurkan sisa-sia air maninya.


Setelah hilang lemasku, aku raih pakaianku yang terserak di lantai dan berjalan masuk menuju kamarku sambil tetap telanjang. Setelah melempar pakaianku keatas tempat tidur, aku ambil selembar handuk. Aku keluar kamar dengan handuk di tangan menuju ke kamar mandi.


Di ruang makan, aku bertemu Ibu.


Aku berikan uang pemberian Pak Wanto yang telah basah terkena air mani dan cairan memekku tadi ke Ibuku.


Hari ini, uang yang kami butuhkan untuk makan itu benar-benar keluar dari memekku.



Kunjungi Juga :
=> AZG27 DREAMS | Kumpulan Artikel
=> Berita Paling Eksis | Klik Aja Disini
=> Kumpulan Berita & Video Sepak Bola | Cek Aja Disini
=> Bagi Yang Suka Sama Cerita Horor | Yuk Cek Kumpulan Ceritanya Disini
=> Buat Yang Suka Berimajinasi | Kunjungi Aja Kumpulan Cerita Dewasa
=> Kumpulan Cerita Kisah Cinta | Yuk Lihat Disini
=> Kumpulan Video-Video Menarik | Disini Tempatnya
=> Para Penggemar Iwan Fals | Yuk Cek Disini
=> Video Yang Hot Hot | Disini Tempatnya


=> Akun Medsos Saya <=
Facebook
Instagram

=> Channel YouTube <=
AZG27 DREAMS

Comments

  1. ♣♦ AGEN POKER ONLINE TERPERCAYA NASIBQQ ♣♦
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬💟ஜ۩۞۩ஜ💟▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Sensasi bermain poker dengan minimal deposit 10.000 dan Withdraw 20.000
    Sekali daftar untuk selamanya
    Permainan :
    💖 POKER
    💖 DOMINO99
    💖 CAPSASUSUN
    💖 ADUQ
    💖 BANDARQ
    💖 BANDAR POKER
    💖 SAKONG
    💖 BANDAR66 (new)

    Raih berbagai bonus bersama Nasibqq
    Bonus cashback 0.3 % - 0.5 % ( setiap hari senin )
    Bonus referensi 20% ( seumur hidup )

    Kelebihan bergabung dengan Nasibqq
    💜💝 24 jam Customer Care
    💜💝 Transaksi Super Kilat
    💜💝 100% Online games Alias NO ROBOT
    💜💝 Support Bank Lokal

    ▬▬▬▬▬▬▬▬💟ஜ۩۞۩ஜ💟▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Sekali daftar untuk selamanya
    Join Now :
    💋👩 Phone : +855 819 337 84
    💋👩 Wechat : Cs_nasibqq
    💋👩 BBM : D1F5C593
    💋👩 Line : cs_nasibqq
    💋👩 Wa : +855 819 337 84
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬💟ஜ۩۞۩ஜ💟▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Master Agen Poker Online Terpercaya
    JUDI ONLINE - Poker Online , BandarQ, Capsa, DominoQ, dan Sakong Online
    Mari segera join
    Salam Hoki Nasibqq 😇😀

    ReplyDelete
  2. "SELAMAT DATANG DI SINDIKATQQ.COM"

    Hanya Dengan Minimal Deposit & withdraw 20 rb
    Bisa Mendapatkan jutan Rupiah Hanya Di SINDIKATQQ.COM

    "Mainkan 6 Games yang tersedia dalam 1 Akun"

    1.Poker Online,
    2.Domino Online,
    3.Ceme,
    4.Capsa susun,
    5.Ceme Keliling,
    6.Live poker.

    -------------------------- ♥♠♣♦ ---------------------------

    " Raih Berbagai Bonus Yang Menarik "

    >>BONUS DEPOSIT NEW MEMBER 20%
    >>BONUS DEPOSIT 3%
    >>BONUS TURNOVER 0.5% (Senin-Kamis)
    >>BONUS REFERRENSI 20%

    LINK DAFTAR http://www.sindikatqq.com/register.php
    LINK ALTERNATIF : www.sindikatqq.net

    ?????? " ? www.SindikatQQ.com " ? " ??????

    INFO TERKINI :

    Untuk Pecinta Judi Online Poker Kini Telah Hadir SINDIKATQQ yang sangat Dahsyat tentunya.

    1. Deposit & Withdraw di proses secepatnya
    2. CS kami melayani anda 24 jam dan ramah tamah
    3. Player VS Player No Cyborg (Robot)

    ----------------------------- ♥♠♣♦-------------------------------

    Untuk info bonus-bonus dan pendaftaran, silahkan Hub CS 24 jam online:

    >>BBM : D1DD4250
    >>Wechat : Cs_sindikatqq
    >>Line : Cs_sindikatqq
    >>WA : +855 1655 7854

    Buruan Daftarkan Diri Anda Di SINDIKATQQ.COM ??
    Menangkan Jackpot Jutan Rupiah Hanya Disini
    Dan Lebih Banyak Bonus lain hanya DI SINDIKATQQ.COM

    ReplyDelete
  3. Selamat Pagi Member Setia SahabatQQ :*

    Infomasi Dikit Ini, Untuk Pagi Ini Di Semua Meja Permainan Kartu Sedang Bersahabat Loh...
    Yuk Bukti Kan Sendiri Dan Rasakan Sendiri Kemenangan Di Pagi Ini Ya.
    Cukup mencoba Nya Dengan Minimal Deposit Rp.20.000 Saja Boss...
    Ditunggu Ya Kedatangan nya Kembali Bermain Di Pagi Ini Boss Boss :*

    Terimakasih ^^
    Salah Hangat Cs SahabatQQ :*

    Link Resmi SahabatQQ :

    - indosahabat,com
    - indosahabat,net
    - indosahabat,org
    - indosahabat,info

    ReplyDelete

Post a Comment

Populer

Cerita Dewasa - Kenikmatan Yang Kudapat Dari Tukang Kebunku

Nikmatnya Memerawani Perempuan Yang Masih SD

Dinikmatinya Tubuhku Tiada Henti Oleh Kacungku

Aku Kecanduan Seks Dengan Adik Kandungku Sendiri

Aku Tergoda Dengan Dua Gadis SMA (18+)

Puasnya Menikmati Tubuh Anak SMP Yang Masih Perawan Dan Tetanggaku Yang Montok

Tubuhku Dinikmati Oleh Tukang Kebunku Sendiri

Tante Rina Memintaku Untuk Memijat Payudaranya

Aku Diperkosa Oleh Empat Orang Perampok

Aku Diperkosa Dengan Sadis